Oleh: Edi Kurniawan, S.Pd., M.Pd., Gr
BENTENG Somba Opu merupakan salah satu peninggalan monumental yang menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan Kesultanan Gowa-Tallo pada masa kejayaannya di abad ke-16 hingga ke-17. Terletak di pesisir barat Makassar, benteng ini memainkan peranan penting sebagai simbol supremasi maritim dan politik bangsa Makassar yang berhasil menguasai jalur perdagangan di kawasan timur Nusantara. Keberadaan Benteng Somba Opu tidak hanya merepresentasikan kemajuan sistem pertahanan dan tata kelola kerajaan Gowa, tetapi juga mencerminkan tingkat peradaban yang tinggi dalam aspek ekonomi, diplomasi, dan kebudayaan.
Secara historis, Benteng Somba Opu dibangun pada masa pemerintahan Karaeng Tumaparisi’ Kallonna bersama koleganya, Daeng Pamatte'. Pendirian benteng ini memiliki tujuan strategis, yakni memperkuat sistem pertahanan dan geopolitik kerajaan sekaligus memperluas jaringan diplomasi-dagang internasional.
Pada masa itu, pelabuhan Somba Opu menjadi pusat aktivitas dan magnet ekonomi yang ramai dikunjungi oleh para pedagang dari berbagai belahan dunia seperti Arab, India, Tiongkok, dan Eropa. Kapal-kapal asing berlabuh di pelabuhan ini membawa beragam komoditas berharga termasuk rempah-rempah, emas, kain sutra, dan keramik yang menjadi bagian dari arus perdagangan global di kawasan negeri di bawah angin (baca: Asia Tenggara). Kondisi ini menunjukkan bahwa posisi Somba Opu bukan sekadar benteng pertahanan, melainkan sebagai pusat diplomasi dan interaksi antarbangsa yang mempertemukan berbagai etnis dan kebudayaan di bawah naungan Kerajaan Gowa- Tallo.
Selain berfungsi sebagai pelabuhan dan pusat ekonomi dunia, Somba Opu juga memiliki peran penting dalam proses Islamisasi dan pembentukan identitas kultural masyarakat suku Makassar. Kesultanan Gowa-Tallo merupakan salah satu kerajaan Islam terbesar di wilayah timur Indonesia yang memadukan nilai-nilai Islam dengan tradisi lokal melalui pendekatan kultural dan sosial.
Di dalam kompleks benteng, selain terdapat istana raja (Balla Lompoa) dan pusat administrasi pemerintahan, juga berdiri masjid tua (Mangalle Kana) dan pusat pendidikan Islam berbasis pesantren di Bontoala, gudang penyimpanan logistik disepanjang sungai Jeneberang dan Sungai Tello, pelabuhan pendukung lainnya, dan pemukiman para pedagang asing. Melalui interaksi dagang dan diplomasi ini, nilai-nilai Islam tersebar secara damai dan menjadi bagian integral dari sistem sosial-politik serta budaya masyarakat di Butta Mangkasara’.
Dari segi arsitektur dan tata ruang, Benteng Somba Opu mencerminkan kemajuan teknik konstruksi dan perencanaan kota pada masanya. Dinding benteng dibangun dari batu bata merah yang tebal dan kokoh, membentuk struktur pertahanan yang melingkupi seluruh kawasan kerajaan. Tata letaknya memperlihatkan keteraturan antara area administratif, keagamaan, ekonomi, dan pemukiman, yang menunjukkan adanya konsep urbanisasi tradisional berbasis kekuasaan raja. Letaknya yang strategis di tepi laut menjadikan Somba Opu sebagai pusat aktivitas maritim yang tidak hanya berfungsi untuk perdagangan, tetapi juga sebagai basis militer yang mengontrol perairan sekitar Selat Makassar (gugusan spermonde) dan kawasan timur hingga ke daratan Aborigin.
Sayangnya, para pemangku kebijakan dan generasi kita hari ini kian abai dan lupa diri pada muasalnya. Wajar saja adanya fenomena sindrom sejarah pada generasi muda hari ini menunjukkan krisis kesadaran historis. Sejarah diposisikan sebagai nostalgia, bukan narasi pembentuk identitas. Ketika memori kolektif terfragmentasi, maka lahir masyarakat yang cerdas secara teknologi, tetapi amnesia terhadap akar nilai perjuangan dan moral peradaban.
Alfatihah untuk para pendahulu kami.
Narasi: Edi Kurniawan, 07 Oktober 2025
Referensi:
Jurnal Al-Qalam, Eksistensi Bata Kuno di Museum Benteng Somba Opu, Vol. 29, No. 2 (2020), h. 113.
Repositori Kemendikdasmen, Jejak Kerajaan Gowa, (Jakarta: Kemdikbud, 2019), h. 42.
Smart City Gowa, Wisata Sejarah Benteng Somba Opu, diakses 7 Oktober 2025 dari https://smartcity.gowakab.go.id.
Wikipedia Indonesia, Sejarah Awal Gowa dan Tallo, diakses 7 Oktober 2025 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_awal_Gowa_dan_Tallo.
Jurnal Berkala Arkeologi, Tinggalan Arkeologi di Kerajaan Gowa dan Tallo, (Kemdikbud, 2018), h. 87.
Smart City Gowa, Benteng Somba Opu, ibid.
AllTrails, Fort Somba Opu, diakses 7 Oktober 2025 dari https://www.alltrails.com.
Wikipedia Inggris, Katangka Mosque (Al-Hilal), diakses 7 Oktober 2025.
R. Z. Leirissa, Makassar dan Perdagangan Rempah Abad XVI–XVII, (Jakarta: LIPI Press, 1996), h. 132.
Smart City Gowa, Wisata Sejarah Benteng Somba Opu, op. cit.